Minggu, 28 Agustus 2016
Miris, Kondisi Gedung Klub Pertama Liliyana Natsir Memprihatinkan
MANIS77 - Gedung berdinding bambu berukuran 30 x 12 cm, Kamis 25 Agustus 2016, siang itu terlihat sepi. Tak satu pun atlet bulutangkis yang ikut latihan di PB Pisok yang merupakan klub pertama peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil 2016, Liliyana Natsir. Jika melihat dari luar, gedung sudah usang dan kumuh sehingga sulit menemukan kalau lokasi itu adalah tempat latihan yang telah melahirkan pebulutangkis dunia, meski berada di pinggir jalan kompleks Stadion Klabat, Kecamatan Wanea, Manado, Sulawesi Utara.
Soalnya di luar gedung ada sebuah bengkel yang ditutupi terpal putih yang sudah agak kehitaman. Tepat di belakang bengkel itulah tempat latihan PB Pisok. Tampak dari depan ditutupi terpal warna biru yang sudah robek. Saat masuk ke dalam gedung, empat lapangan bulutangkis dengan kondisi yang memprihatinkan. Lapangan sudah banyak berlubang dan garis lapangan tak terlihat. Tapi ada yang membanggakan, dimana dinding gedung terpampang guntingan kliping koran dan majalah foto-foto para pebutangkis PB Pisok.
Diantaranya dua pebulutangkis papan atas Indonesia, Liliyana Natsir dan Greysia Polii. Foto mereka berdua paling dominan sejak masih anak-anak hingga sukses diberbagai kejuaraan nasional dan internasional. Atap gedung sudah berlubang dan tak layak jika digunakan sebagai tempat latihan. Eva Rumokoy, penjaga gedung latihan PB Pisok, mengatakan awalnya tahun 1975 tempat ini sebagai sasana tinju. Kemudian sekitar tahun 80-an berubah jadi tempat latihan bulutangkis.
"Saya sering lihat Liliyana Natsir latihan di sini. Dia memang sejak anak-anak sangat ulet dan kuat. Tampilannya tomboi. Luar biasa dia bermain saat itu," ujar Eva mengenang masa-masa Liliyana Natsir latihan. Pelatih fisik PB Pisok, Juddy Goni Lapian mengatakan PB Pisok didirikan suaminya Spego Goni. “Tahun 90-an Liliyana Natsir masuk latihan. Kondisi gedung latihan PB Pisok tidak berubah dari dulu.
Awalnya, kami hanya pinjam ke Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Istilahnya gedung kita pinjam pakai ketika zaman Wakil Gubernur Sulut, Freddy Sualang. Dan sampai saat ini tidak pernah ada biaya untuk merenovasi gedung. Bawa atlet bertanding pun kami menggunakan uang sendiri meski membawa nama daerah,” ujarnya. Meski dalam kondisi memprihatinkan, para pemain tetap semangat berlatih. “Saat ini ada 20 atlet bulutangkis usia 12-17 tahun berlatih dengan giat.
Ada beberapa diantara mereka masuk level nasional dan bergabung di klub Bimantara Tangkas Jakarta,” katanya. Juddy menambahkan, untuk menghidupi PB Pisok hanya berharap dari uang pendaftaran dan iuran setiap bulan anak asuhnya. “Untuk yang baru bergabung pengurus mematok harga Rp200 ribu untuk biaya pendaftaran, baik untuk kelas reguler maupun kelas prestasi.
Sedangkan iuran per bulan, dipatok Rp150 ribu kelas reguler, dan Rp200 ribu per bulan untuk kelas reguler ditambah satu dus bola bulu tangkis,” ujarnya. Meski kondisi gedung memprihatinkan tapi cukup bangga dengan kesuksesan Liliyana Natsir. “Ya, biar gedung begini tapi pernah melahirkan juara Olimpiade.
Kami sangat bangga pada Liliyana Natsir dan akan tercatat dalam sejarah klub ini,” kata Juddy. Dia juga berharap pemerintah daerah dibawa kepemimpinan Olly Dondokambey lebih memperhatikan nasib atlet. “Pokoknya kalau olahraga Sulut ingin maju perhatikan nasib atlet termasuk sarana dan prasarana latihan,” ujarnya mengakhiri pembicaraan.(viva)
Bandara Sugapa Papua Dipalang, Komunikasi Diputus
Militer Filipina Membunuh 11 Milisi Abu Sayyaf
Manuel Pellegrini Tangani Klub China
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar